Art Breaker

Deborah Iskandar, CASA Indonesia, December 15, 2019

Art to Heart with Dara Setyohadi.

Interviewed by Deborah Iskandar.

 

Tidak mengejutkan ketika mengetahui Dara Setyohadi, salah satu desainer interior muda ibukota ternyata banyak terinspirasi dari kecintaan sang ibu terhadap dunia seni. Sejak kecil, Dara sering dibawa oleh ibunya mengunjungi galeri-galeri seni serta museum di Indonesia dan luar negeri sembari berlibur. Keseharian Dara pada masa kecilnya pun sangat dekat dengan aktivitas ibunya yang kerap melukis ketika beliau sedang mencari inspirasi seni.

 

Selama menempuh pendidikan desain di Lasalle College of The Arts, Singapura, Dara senang menghabiskan waktunya bekerja di sebuah galeri seni untuk memperkaya pengetahuannya akan seni dan mengasah kepekaan ruangnya sebagai perancang interior. Setelah kembali ke Indonesia, Dara pun sempat mendalami ketertarikannya dalam dunia seni dengan melukis pada medium porselen yang kemudian menjadi koleksi dinnerware kolaborasi bersama ibunya yang dinamai Y & D Dinnerware. Sebagai seorang desainer di industri kreatif, Dara menemukan bahwa setiap kesempatan yang ia peroleh membuatnya terhubung lebih dekat dengan ibunya.

 

"Sebelum mengejar karir desain interior saya, saya sebenarnya berpikir untuk membenamkan diri saya ke dalam dunia seni rupa. Namun, setelah mempelajari arsitektur, desain interior dan seni di Lasalle, saya lebih tertarik dengan struktur dan proses desain interior. Saya juga belajar bahwa ketiga subjek tersebut berhubungan erat satu sama lain dan terkait dalam konteks sejarah yang serupa." - Ujar Dara dalam sebuah wawancara eksklusif di Maison Haim, salah satu showroom furniture di Jl. Suryo, Jakarta Selatan.

 

Hari ini, Dara dikenal sebagai pendiri sekaligus direktur kreatif ARDS Studios, sebuah studio yang telah memberi begitu banyak peluang bagi Dara untuk mengaplikasikan kecintaannya terhadap seni dalam praktik professional desain interior. ARDS merupakan singkatan dari nama lengkap 'Adindara Setyohadi' yang juga akronim dari kata 'Arsitektur' dan 'Desain Interior'. Dara membangun perusahaannya dengan terus berusaha mengunggah kepekaan dan selera klien-kliennya agar dapat memahami dan menentukan karakter desain mereka masing-masing. Dara juga percaya dalam menciptakan perpaduan penjajaran ke dalam desainnya, memadukan feminin dan maskulin, klasik dengan kontemporer, lama dan baru, dll.

 

Ketika ditanya tentang perjuangan terbesarnya sebagai desainer interior, Dara menyatakan bahwa ia telah banyak menghadapi tantangan besar sebagai wanita muda di industri ini yang didominasi dengan laki-laki. Dia menyebutkan bahwa sebagai seorang wanita dia telah menghadapi berbagai pro dan kontra baik di lapangan maupun di luar, dan bahwa kesenjangan gender masih sangat terasa di dalam industri yang didominasi oleh kaum pria.

 

"Memilih karya seni yang sempurna sama seperti memilih perhiasan untuk pakaian", ucap Dara yang selalu berpenampilan rapi dan fashionable. Sebuah perhiasan hampir selalu memeriahkan pakaian dan dalam hal ini, karya seni akan selalu meningkatkan nilai sebuah ruang dengan memberi sentuhan naratif yang bermakna. Bentuk dan alur dalam desain sangat dipengaruhi oleh seni, menurut Dara. Ia selalu berkaca pada aliran-aliran dan sejarah seni ketika merancang, sama seperti ketika seorang seniman sedang mengembangkan karyanya. Alhasil, ruang yang dirancang Dara memiliki jiwa sebuah galeri: abadi dan dapat dipadukan dengan berbagai aksesoris, furniture, maupun karya seni sebagai nilai tambah.

 

"Jangan takut untuk menjadi berani atau besar karena itulah gunanya seni. Karya- karya minimalis yang biasa nya tidak kita pikirkan bisa membuat keajaiban. Jadi jangan takut untuk mengeksplorasi apa yang baru, karena hal itu bisa memeriahkan ruangan" – Dara Setyohadi, ketika membagikan tip untuk para desainer dan kolektor muda dalam memilih karya seni.

 

Dalam retrospektif, ketika ditanya tentang seniman favoritnya, Dara langsung menyebutkan pematung dan seniman kontemporer Anish Kapoor asal Inggris-India yang dominan mengekspresikan seni kontemporer 'neo-expressionism'. "Saya rasa dia berhasil membuat karya seni besar-besaran dengan bahan yang tidak kita pikirkan; dari bebatuan, aluminium atau kaca besar yang dirancang sedimikian rupa. Sederhana, masif, tapi menggerakan. "

of 66